oleh Fajri Aulia Satori
Perpisahan kedua orang tua tentunya menyisakan luka bagi masing-masing individu yang mengalaminya. Hal yang sama dialami Gayatri yang menjadi saksi atas perpisahan orang tuanya.
“Umurku masih dua tahun saat kedua orang tuaku berpisah. Tinggal bersama Ibu dan Nenekku, dan tidak pernah merasa mendapat kasih sayang dari sosok ayah” kata Gayatri sambil menghela napas dalam untuk kembali menceritakan kejadian yang sudah ia kubur dalam dirinya.
Tak pernah terbayangkan oleh Gayatri bahwa pengalaman pahit tersebut akan berdampak buruk terhadap kesehatan mental Gayatri. Seiring beranjak dewasa Gayatri kerap mendapati kejanggalan pada beberapa perilaku yang membuatnya kembali teringat pada trauma dan kebencian dari pengalam pahit Gayatri saat masih kecil.
“Ketika aku merasa diriku yang lain muncul ketika pengalaman pahit itu recall kembali dalam pikiranku, aku tak bisa berpikir jernih. Tapi, satu hal setelah itu yang membuat diriku kembali tenang adalah bermake up,” ujar Gayatri sambil tersenyum tipis.
Di usianya kini yang menginjak bangku perguruan tinggi. Ia memberanikan dirinya untuk konsultasi kepada dokter ahli mental. Ia pun didiagnosis mengalami gangguan bipolar dan Borderline Personality Disorder (BPD) atau sering disebut kepribadian ambang yang mempengaruhi cara berpikir seseorang mengenai dirinya sendiri dan orang lain.
“Sesukar apapun kejadian di hari ini, matahari akan tetap terbit di hari esok” kata-kata itu yang terus membuatnya kuat dan berjuang untuk sembuh. Ia mulai berdamai dengan dirinya sendiri dan ingin menebar kebaikan dari pengalaman yang ia alami karena ia percaya suatu hari nanti akan ada sosok pasangan yang menerima ia sepenuh hati.
*Photostory ini dibuat dalam rangka Pajang Karya anggota baru yang berjudul “Ruang Juang”. Photostory ini telah dipamerkan pada tanggal 15-18 November di Aula B Gedung Student Centre UIN Bandung.









