Kolase foto Insan (20) menggunakan jaket kulit hasil thrifthing

Warna-warni Thrifting

oleh Redaktur Photos Speak

Kolase foto Insan (20) menggunakan jaket kulit hasil thrifting

Kolase foto Kartika (49) menggunakan jaket outdoor hasil thrifting

Kolase foto Panji (27) menggunakan Jaket Army hasil thrifting

Warna-warni Thrifting

oleh Redaktur Photos Speak

Oleh: Ilham Ahmad Nazar

Di Zaman modern saat ini gaya hidup bagaikan sebuah tuntutan, khususnya lagi tuntutan gaya hidup di kota-kota besar. Semakin berkembangnya industry fashion pada saat ini yang menjadi perbincangan dikalangan masyarakat luas untuk selalu up-date dengan mode-mode saat ini.

Beberapa individu berpandangan bahwa gaya berpakaian yang keren merupakan gaya hidupnya, namun beberapa individu juga ada yang tidak sanggup memenuhi gaya hidup tersebut karena pada saat ini harga pakaian sudah tergolong mahal. Maka dari itu, beberapa individu pun tertarik untuk berbelanja murah namun tetap kekinian untuk memenuhi gaya hidupnya. Cara untuk berbelanja murah namun kekinian itupun merupakan dengan berbelanja pakaian bekas atau thirifting.

Thrifting sudah hadir sejak revolusi industry, ketika mass-production mulai marak dilakukan yang mengakibatkan harga pakaian menjadi lebih murah. Akibatnya terjadi penumpukan pakaian dan sejak saat itu pakaian bekas mulai dikumpulkan dan dijual.

Kegiatan thrifting memberikan banyak inspirasi dalam dunia fashion dengan harga barang yang cukup rendah, dan memungkinkan juga untuk mendapatkan barang yang bagus (branded).Barang yang dijual di thriftshop adalah barang-barang pakai, seperti, dress, baju, celana, jaket, topi hingga tas yang masih layak pakai dan memiliki harga yang cukup murah, namun tidak sedikit barang bekas yang harganya terbilang cukup mahal untuk skala barang bekas.

Menurut salah satu pengguna barang thrifting, Insan (20), banyaknya ragam jenis pilihan dalam barang thrifting menjadi salah satu penyebab ia sering membeli barang-barang tersebut, “Kalau ada barang bagus, harga murah dan cocok ketika dikenakan, langsung dibungkus tanpa melihat brandnya,” pungkasnya.

Dampak yang dihasilkan limbah fast fashion tidak main-main. Dibuktikan dengan data yang diperoleh Direktur Asosiasi Daur Ulang Tekstil Inggris, Alan Wheeler. Ia menyampaikan bahwa industri pakaian telah berkontribusi sebagai penyumbang polusi terbesar kedua di dunia Ia juga menambahkan bahwa sebanyak 1,2 miliar ton emisi gas rumah kaca dihasilkan oleh industri tekstil di dunia.

Hal tersebut karena produk fast fashion memiliki masa pakai yang singkat, sehingga jumlah pembuangan sampah pakaiannya pun akan cepat. Sampah pakaian yang sangat sulit didaur ulang itu pada akhirnya akan dibuang ke laut. Maka dampaknya, limbah-limbah produksi pakaian akan membahayakan keberlangsungan makhluk hidup yang berhabitat di lautan, dan juga berdampak buruk bagi proses pemanasan global.

Ditengah problematila mengenai hal itu, kegiatan thrifting memberikan angin segar, karena seseorang yang membeli atau menggunakan pakaian thrifting secara tidak langsung telah mengimplementasikan konsumsi yag berkelanjutan dengan prinsip (reduce, reuse, recycle).

Harga pakaian thifting yang cenderung murah mendorong masyarakat melakukan pembeliansecara kompulsif, yang perlu untuk dihindari agar limbah yang dihasilkan oleh industri tekstil tidak merusak lingkungan. Tetapi jika pakaian masih dapat memberikan manfaat maka tidak perlu dikhawatirkan, karena jika masih bisa dipakai oleh orang tersebut, maka belum menjadi sampah dan akan menimbulkan dampak positif terhadap lingkungan.

Meski kebanyakan masyarakat Indonesia tidak menjadikan isu lingkungan sebagai tujuan utama dalam melakukan thrifting, tetapi secara tidak sadar mereka tetap berperan aktif dalam
menjaga kelestarian lingkungan.

Konsumen diharapkan dapat bijak dalam membeli pakaian thrifting agar dapat berdampak positif bagi lingkungan. Jika hanya membeli karena harganya yang murah namun akhirnya tidak terpakai, sama saja akan menambah limbah pakaian, bukan menguranginya.

Terlepas dari pro dan kontra yang beredar, paling tidak adanya fenomena thrifting memberikan alternatif belanja fashion yang lebih ramah lingkungan. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam fenomena thrifting, belanjalah sesuai kebutuhan dan jangan implusif sehingga hal yang kita lakukan bisa berdampak positif terhadap lingkungan dan kehidupan kedepannya