Bertafakur Di Gunung Guntur

oleh Jamal Ramadhan

Berjemur

Menghangatkan Tubuh

Kemiringan Tanah

Menuju Puncak 3

Menggendong Anak

Beristirahat

Beriringan

Menyalakan Api Unggun

Tenda Para Pendaki

Bulan Purnama

Bertafakur Di Gunung Guntur

oleh Jamal Ramadhan

“Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari, keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat…” Itulah potongan lagu karya musisi balada, Iwan Fals yang kiranya senada dengan potret pendaki yang menanti datangnya sang fajar di puncak Gunung Guntur.

Pendaki rela melewati dingin dan lelah untuk mendaki gunung. Fisik yang kuat mampu menunjang pendaki untuk sampai pada tujuannya, pun dengan mental dan tekad yang bulat. Tak sedikit pendaki yang mengeluh selama perjalanan, namun semua akan sirna diganti oleh cantik dan mempesonanya ciptaan Tuhan.

Berselimut dinginnya kabut tak menjadikan semangatnya surut. Bercengkrama dengan kawan, menceritakan setiap pengalaman dan persoalan hidup ditemani api unggun adalah upaya, berharap sukma selalu bahagia.

Di Indonesia terdapat banyak pesona alam pegunungan, pun demikian dengan Gunung Guntur yang tak kalah menarik untuk disinggahi. Gunung yang berada di wilayah Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat ini merupakan gunung strato vulkanik aktif yang memiliki tujuh puncak. Tiga puncak diantaranya merupakan kawasan konservasi yang tidak diperkenankan dikunjungi pendaki umum.

Waktu untuk mendaki satu puncak dapat ditempuh sekitar tiga sampai empat jam. Melihat efesiensi waktu dan jarak, untuk mendaki puncak 1 dan 2, pendaki disarankan untuk menggunakan jalur via Desa Citiis. Sementara untuk tujuan puncak 3 dan 4, melalui jalur via Desa Cikahuripan.

Suasana alam yang damai merupakan tempat yang tepat untuk bertafakur, berharap semua kesedihan menjadi lebur. Mendaki gunung itu ibarat candu, enggan atau entah kapan mengulang tapi pasti selalu terkenang. PHOTO’S SPEAK / Jamal Ramadhan