Cerita Dari Bantaran Sungai Cikapundung

oleh Candra Yanuarsyah

Sungai Cikapundung

Berdesakan

Memasuki Gang

Kumuh

Bermain

Keadaan

Masyarakat Setempat

Bersahabat Dengan Lingkungan

Memasak

Kepadatan

Cerita Dari Bantaran Sungai Cikapundung

oleh Candra Yanuarsyah

Memandang sebuah pemukiman kumuh nan padat menjadi sebuah cerita dibalik indahnya sebuah kota. Berada di bantaran Sungai Cikapundung Jalan Pasundan, Kelurahan Balonggede, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Mereka besar sebagai penduduk asli meski dengan lingkungan seperti itu. Membayangkan sejuta harapan, namun mereka hanya bisa pasrah pada keadaan walau dihantui berbagai ancaman penyakit yang datang.

Tidak sedikit pula warga yang mengeluhkan hal tersebut, mayoritas warga yang bekerja sebagai pedagang kerap merugi akibat kondisi sungai yang kotor tentunya menurunkan kualitas dagangan mereka.

Tak hanya orang dewasa yang mengeluhkan tentang hidup di bantaran sungai. Pun demikian pula dengan anak-anak. Minimnya lahan bermain di tengah pemukiman padat memaksa anak-anak menjadikan gundukan lahan akibat endapan lumpur yang terbawa aliran sungai sebagai tempat bermain yang mengasyikan bagi mereka. Meski di satu sisi ada ancaman bagi kesehatan mereka saat bermain dan bercengkrama menghabiskan waktu di sungai.

Namun sedikit saja kaki melangkah ke bagian dalam pemukiman, ada hal lain yang berbanding terbalik dengan rasa cemas hidup di dekat sungai. Warga membangun rasa nyaman hidup berdesakan di antara gang kecil bahkan berimpitan dalam kelokan. Tak jarang mereka berbagi jalan untuk dimanfaatkan menjadi bagian dapur rumahnya. Semuanya tak jadi soal, mereka anggap itu adalah sebuah hal yang lumrah dan dirasa ampuh untuk tetap menyambung cerita di bantaran Sungai Cikapundung. PHOTO’S SPEAK / Candra Yanuarsyah