Menanti Nasib Angkutan Konvensional

oleh Thoudy Badai Rif'anbillah

Menahan Pegal

Overload

Berhimpitan

Pegangan

Memandang Keluar

Tarif Angkutan

Menurunkan Penumpang

Lega

Menanti Nasib Angkutan Konvensional

oleh Thoudy Badai Rif'anbillah

Polemik antara taksi daring dengan transportasi konvensional menjadi cerita baru di negeri ini. Pasalnya kebutuhan masyarakat akan teknologi ini semakin tak terbendung. Bahkan pemanfaatan kemajuan teknologi di era globalisasi menjadi momen yang menggiurkan bagi sebagian orang untuk meraup keuntungan. Maka tak heran jika mulai menjamurnya jasa ojek, taksi, hingga kurir barang dan makanan berbasis daring.

Kemudahan akses dan kenyamanan menjadi daya tarik tersendiri yang ditawarkan penyedia jasa bagi para penumpang. Kini, melalui aplikasi dan jaringan internet keberadaan kendaraan Low Cost Green Car (LCGC) atau kendaraan pribadi dengan biaya pajak murah mampu memberikan jasa antar jemput tanpa ada trayek. Alasan inilah yang menjadi nilai tambah untuk memudahkan dan mendukung mobilitas konsumen.

Layaknya dua sisi mata uang. Kemunculan fenomena jasa transportasi daring ini tidak terlepas dari sisi untung dan rugi. Adanya layanan transportasi kekinian ternyata memancing konflik dengan penyedia jasa transportasi konvesional. Tak tanggung-tanggung, ancaman demi ancaman diterima oleh penyedia jasa layanan transportasi. Puncaknya ketika sang supir harus menghadapi resiko penghentian ijin beroperasi.

Meski jasa layanan transportasi daring kian bermunculan, namun hal ini tidak menjadikan konsumen beralih pilihan moda angkutan. Bagi sebagian orang, terutama calon penumpang di kawasan Priangan Timur, mereka masih setia menggunakan salah satu angkutan umum jenis Elf dengan trayek Bandung – Garut. Kebanyakan para penggunanya adalah kelompok lansia, kaum ibu dan buruh pabrik. Walaupun resiko duduk berimpit bahkan berdiri berdesakan, menggunakan Elf masih menjadi alternatif pilihan bepergian.

Rasanya tidak berlebihan jika perlu adanya kebijakan yang mengatur keberadaan dua jenis layanan transportasi ini. Sehingga konsumen yang memilih untuk tetap menggunakan transportasi konvensional tanpa khawatir harus mengejar ketertinggalan teknologi. Tentunya agar layanan konvensional dan transportasi daring bisa berjalan berdampingan. Agar angkutan Elf masih bisa mengantar para penumpang hingga tujuan, niscaya moda transportasi ini tidak mati segan hidup pun enggan.

PHOTO’S SPEAK / Thoudy Badai