“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawan” -Bung Karno-

Ungkapan tersohor dari tokoh proklamator Indonesia ini menjadi pengantar ziarah Hari Pahlawan. Suara gemuruh langkah orang-orang bergerombol dengan penuh semangat memadati area lapangan, bukan untuk berjuang berperang demi tanah air Indonesia, namun untuk menengok kisah lama ratusan tahun silam para kakek atau buyut yang gugur di medan perang.

Suasana riang gembira anak-anak berlarian tatkala berkunjung ke Tempat Makam Pahlawan Cikutra, Jalan Cikutra, Kota Bandung, bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan 10 November. Khidmat dan penuh dengan haru prosesi upacara ini yang dihadiri para veteran, aparat negara, hingga pejabat daerah seketika membawa imaji pada dentuman keras suara bom, letupan senapan, serta teriakan kemerdekaan kala itu.

Ibu Ikah, salah satu istri dari Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) yang ditinggal lebih dulu karena kelelahan berjuang demi negara, tak kuasa menahan rindu pada sang suami, ia mengakui perjuangan suaminya dahulu layak menjadi panutan bagi putra-putrinya kelak sebagai penerus bangsa.

“Dulu saya hidup tidak enak, penuh dengan ancaman, namun perjuangan bapa (suami) dulu menjadikan saya sekarang hidup enak, dan sudah bekerja semua,” tutur Ibu Ikah.

Sudah saatnya darah muda yang melanjutkan tongkat perjuangan para veteran dulu, bukan berjibaku dengan sesama darah merah putih, namun berjuang untuk keutuhan dan kesatuan bangsa dengan simbol bhinneka.

Maka tak heran jika pejuang kemerdekaan dari Timur, Pattimura meyakini akan kebangkitan bangsa Indonesia di tangan anak mudanya.

“Pattimura-pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi sekali waktu kelak pattimura -pattimura muda akan bangkit” -Pattimura-

PHOTO’S SPEAK / Thoudy Badai