oleh Tantri Setiawati
Hidup memang tidak selalu mudah bagi segelintir orang, begitupun bagi Ilis (58). Bekerja menghidupi kedua anaknya selama bertahun-tahun, selepas sang suami pergi dan lepas tanggung jawab atas dirinya dan keluarga.
Selain menjadi ibu rumah tangga, Ilis terpaksa banting tulang mencari nafkah. Ia bekerja sebagai seorang pemotong kain gorden milik pengusaha setempat. Lalu ia pun turut menjual pakaian dalam di beberapa pasar tumpah setiap akhir pekan. Tidak ada rasa malu baginya bekerja dan menjual hal tersebut, sebab menurutnya rasa malu tidak akan mendatangkan rezeki, sebab rezeki hanya datang bagi mereka yang berjuang keras untuk menjemputnya.
Kesibukan lain yang kerap ia lakukan, ialah bertani dan berkebun. Dimana ia kerap menaiki pohon tanpa adanya rasa takut, ia pun kerap kali mampu mengerjakan beberapa pekerjaan laki-laki seperti memperbaiki rumah, listrik dan lainnya.
Memiliki dua cucu memberi andil yang sangat besar untuk membuatnya terus bertahan dan semakin membuatnya kuat. Ia merasa bahwa meski pun sendirian, dirinya justru dapat menjalani hidup yang lebih bebas dan lebih bahagia. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa jauh di lubuk hatinya, ia tetap mendambakan hadirnya sosok kepala keluarga yang dapat membimbing dan menjadi temannya untuk saling berbagi.
Dibalik semua kesukaran tersebut, setidaknya Ilis selalu mampu dipenuhi rasa syukur atas hidup dan kesendiriannya. Sebab bisa membesarkan dua anak seorang diri, hingga sekarang akhirnya ia dapat menimang cucu adalah sebuah Perjalanan yang panjang dan sulit. Namun perjalanan tersebut akhirnya selalu mampu membawanya pada kuat dan syukur yang lebih besar lagi.
*Photostory ini dibuat dalam rangka Pajang Karya anggota baru yang berjudul “Ruang Juang”. Photostory ini telah dipamerkan pada tanggal 15-18 November di Aula B Gedung Student Centre UIN Bandung.








